Halaman

    Social Items

 Puisi tentang Lingkungan yang Mengandung Pesan Moral



Menurut pengertian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi dapat diartikan sebagai ragam karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, matra, serta susunan larik dan bait.
Puisi termasuk bentuk sastra yang banyak digemari karena keindahan ungkapan ekspresi di dalamnya yang sarat akan makna mendalam. Selain sebagai wadah untuk menuangkan perasaan, lewat puisi seorang penyair dapat menyampaikan himbauan kepada pembacanya.

Salah satu tema puisi yang penuh makna dan pesan moral adalah puisi tentang lingkungan. Penasaran seperti apa contohnya? Simak selengkapnya di artikel berikut.

15 Contoh Puisi tentang Lingkungan

Puisi bertemakan lingkungan umumnya berisi ajakan kepada pembacanya untuk senantiasa menjaga kelestarian alam. Mengutip dari buku Antologi Puisi Sepilihan Puisi Alam, Meratap Alam, dan buku Puisi Alam: Aku Di Balik Dinding Bukan Milikmu, berikut beberapa contoh puisi tentang lingkungan yang mengandung pesan moral penting bagi masyarakat:

1. Amanat

Karya: Radius S.K Siburian

Kupeluk gunung dengan kaki-kakinya
Setelah ditelan peluh dan hujanan keringat

Aku meneriakkan rinduku pada julang-julang tinggi
Menaikkan kaki di puncak hebat
Meremukkan angin nakal yang mengisi pori-pori kala
Malam-malam jahat mencoba menghimpit sempit
Niat-niat baik

Puncak kini melunasi semua
Di tiang-tiang semangat berkibar nasionalisme
Berkobar cinta tanah air

Gunung-gunung menghiasi bumi pertiwi
Jadi aset kita menjaring devisa
Janganlah tersisa dalam imajinasi
"Pernah dulu di era nenek moyang kita"
Ia harus dijaga agar mendunia.

2. Yuk

Karya: Henokh Wau

Terlihat pandangan baik
Melarik lirik indah
Membuat nyaman

Yuk kita ayom
Rawat dan jaga
Agar pandangan kita
Tak buruk kala di larik.

3. Mari

Karya: Henokh Wau

Dari mana ke mana
Melihat diri sendiri
Yang egoisme
Tak memperhatikan yang lain

Mari kita lihat yang lain
Ayo kita jaga lingkungan
Agar alam ceria
Selalu menebar pesonanya.

4. Panggilan

Karya: Radius S.K Siburian

Selamatkan bumi pernah mengumandang sempurna
Remang-remang penuh timbang-timbang
Dipajang dipampang dipasang dipotret dipublikasikan
Tumbuhlah tunas-tunas galakkan sejuta pohon
Ranting di cabang kini indah dipandang mata
Tersegarkan dengan nyawa beberapa generasi

Jika dilanjut, napas-napas akan tersambung
Semua bakal bisa
Segala bakal mampu
Seluruh bakal terbarukan
Asal

Aku dan kamu mau
Maukah aku dan kamu
Kamu dan akukah yang mau
Yang...kau dan aku maukah.

5. Belum Sepenuh Hati

Karya: Radius S.K Siburian

Slogan "sayangilah bumi" nyaris tak lagi bernyawa
Ada dalam batas-batas ambang kepunahan
Kalimat-kalimat itu ditelan iklan heboh lainnya
Mulai dari mid sale hingga end year sale
Lebih seru dan menarik. Dikemas sempurna

Jika dipajang kembali, segera diusiki dan diusili
Hanya segelintir hati dan segelontor jiwa yang mengikuti

Sebelum selesai, ada pertanyaan sederhana
Mana dan di mana Mbah Sadiman lain.

6. Paru-paru Duniaku

Karya: Aryanto S.

Hijaumu begitu memesona
Menawan dan membuatku terpana
Tegap, kokoh, dan berguna
Ku bernafas karenanya
Ya...kaulah "Si Paru-paru Dunia"

Kini, karena ulah mereka
Paru-paruku sakit menjerit meronta-ronta
Terbakar menjadi abu merata
Di belahan bumi indonesia
Seantero nusantara

Sadarlah wahai manusia!!!
Mereka membutuhkan kita
Sadarlah wahai manusia!!!
Kita membutuhkan mereka.

7. Gemericik Air Sungai

Gemericik air sungai
Yang ku dengar kala duduk santai
Di suatu desa yang penuh damai

Seakan menari dengan indah, namun tak dapat dihentikan
Suara yang selalu ku nantikan
Menghilangkan penat yang tak tergantikan

Aku rela berdiam diri dalam lamunanku
Menatapmu seakan penuh haru
Mendengarmu, seakan menjadi alunan melodi
Mengingatmu, seakan terekam indah dalam analogi

Kau mengalir dari hulu ke hilir
Tak pernah kau berhenti memberi sumber kehidupan kepada insan yang dilewati
Namun, tetaplah ada insan yang ingin merusakmu demi kepentingan pribadi
Sedih hatiku melihatnya bagai terkilir.

8. Kota Setengah Buta

Karya: Ahmad Raihan

Entah apa yang aku hirup pagi ini
Menyesak dada, membuta mata
Pagi kelabu, serupa kota hantu
Entah siapa yang membakar hatinya sendiri
Mengering di bumi, membusuk di udara
Kota ini setengah buta, karena ulah manusia.

9. Arti Alam

Karya: Resap

Kita pernah bermanja
Di atas nikmatnya alam raya
Yang biasa menghipnotis setiap remaja
Entah menjadi raja ataupun menjadi apa saja

Kita angkuh dengan ilmu yang masih abu-abu
Mengaku cinta alam karena alam sedang menjadi tren terbaru
Alam bukan tempat untuk kita saling beradu
Tapi tempat untuk kita saling bersatu padu

Alam raya penuh makna
Dihiasi keindahan didalamnya
Tetapi alam bisa sangat berbahaya
Jika Tuhan menjadi murka karena ulah manusia.

10. Bencana atau Bukan Bencana

Karya: Faldo

Kau adalah bencana
Yang membuat warga bahaya
Kau menghancurkan semuanya
Membuat kerusakan dimana-mana

Kebaikanmu menyuburkan tanaman
Berterima kasihlah kepada Tuhan

Semuanya dilarang
Untuk mendekati itu belerang
Tapi airmu sejuk untuk berenang
Yang membuat orang merasa senang.

11. Gunung Meletus

Karya: Aldan

Engkau sangat berbahaya
Suaramu mengejutkan kita semua
Kau menggelegarkan semua jiwa
Kau adalah fenomena alam yang membahana

Letusanmu tinggi di atas sana
Semburan vulkanikmu berguna untuk menyuburkan tanaman warga
Tetapi engkau merugikan kita semua
Bagiku kau adalah bencana alam yang sudah biasa

Engkau ciptaan Tuhan yang Maha Esa
Anugerah bagi semesta yang mempesona
Keagunganmu tidak membuatmu jumawa
Kemarahanmu membuat orang terperanga.

12. Kebesaran Tuhan

Karya: Yale

Sungguh amat berbahayanya kau bagi manusia
Abu vulkanik yang kau keluarkan
Dapat membuat kerusakan yang amat berbahaya
Lalu, suara letusanmu itu amatlah mengerikan

Oh...Tuhan
Yang bisa saat ini aku lakukan hanyalah berdoa
Agar musibah ini dapat menjadi alasan
Untuk kita jaga selamanya

Oh gunung engkau amat istimewa
Di balik keistimewaanmu terlukis keindahan
Yang membuat terlena
Karena kau media kebesaran Tuhan.

13. Deforestasi

Karya: Abu Qasim Rahmadi

Rebahkan sejenak waktu di jiwa
Lalu angan terbang dan menerawang
Menjamah daun dan pohonan usang
Dibakar habis dari pagi sampai petang

Ingat kembali; paru-paru dunia
Kini kanker didalamnya,
Ia marah dan memerah,
Langit terbelah karena tangis dan sakitnya

Kulempar pandang dan berbisik pada sendu,
Menyapa kayu yang t'lah terbaring kaku
Adalah kita, dilain tempat berkaca
Saling beradu: "Salahkan siapa?"
Zoonosis? Hukum karma

Embun berganti asap, tawa pun berganti senyap
Hutan tak lagi rindang, hutan kini habis dipanggang.

14. Kesedihan Pepohonan

Karya: Euis Anisa Rahmah

Tadi petang kudengar pepohonan tersedu-sedu
Sementara rumput gersang termenung menanti kemarau usai
Luapan amarah sungai, barangkali muak pada sampah-sampah yang payah
Rumah-rumah yang berdempetan di gang menjelma abu diterkam si jago merah

Paru-paru dunia merindukan keramahan manusia
Paru-paru di tubuh kita rindu peluk hangat dari bersihnya udara
Belakangan, alam seolah-olah menyemaikan kabar duka
Bila bukan kita yang menjaga eloknya, lantas siapa?

Tadi petang kudengar pepohonan mengadu
Tumbang, ditebang, sembarang, tanpa pikir panjang
Puluhan hari sudah dalam dada, sekawanan risau bersarang
Perihal kapan hujan bersedia datang?

Seandainya sejak dulu lingkungan tidak diabaikan
Barangkali cerita-cerita di pulau ini takkan terlalu memilukan
Kini mari menghapus kesedihan pepohonan
Aku hendak belajar bersahabat dengan lingkungan.

15. Kidung Derita Bumi Manusia

Karya: Agung Juminto

Gerimis kabarkan tangis sampaikan lara
Melihat bumi menangis dirundung duka
Bumiku yang bernafaskan surga
Kini meronta tersiksa dalam dekapan semesta

Tanahmu retak meninggalkan ribuan duka
Airmu tak suci dalam rintikan noda
Hutanmu yang berseri hilang entah kemana
Semua sebab ulah sang durjana
Bumi hancur di tangan manusia

Dukamu berdiri di atas luka nestapa
Bersemayam di bawah tangis derita
Dukamu menjadi dukaku
Perihnya menjadi perihku

Sekarang apa yang harus kita lakukan?
Kembali dengan senyuman atau tetap berdiri kemudian mati?



Sumber: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7360363/15-puisi-tentang-lingkungan-yang-mengandung-pesan-moral.



Puisi tentang Lingkungan yang Mengandung Pesan Moral

 Puisi tentang Lingkungan yang Mengandung Pesan Moral



Menurut pengertian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi dapat diartikan sebagai ragam karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, matra, serta susunan larik dan bait.
Puisi termasuk bentuk sastra yang banyak digemari karena keindahan ungkapan ekspresi di dalamnya yang sarat akan makna mendalam. Selain sebagai wadah untuk menuangkan perasaan, lewat puisi seorang penyair dapat menyampaikan himbauan kepada pembacanya.

Salah satu tema puisi yang penuh makna dan pesan moral adalah puisi tentang lingkungan. Penasaran seperti apa contohnya? Simak selengkapnya di artikel berikut.

15 Contoh Puisi tentang Lingkungan

Puisi bertemakan lingkungan umumnya berisi ajakan kepada pembacanya untuk senantiasa menjaga kelestarian alam. Mengutip dari buku Antologi Puisi Sepilihan Puisi Alam, Meratap Alam, dan buku Puisi Alam: Aku Di Balik Dinding Bukan Milikmu, berikut beberapa contoh puisi tentang lingkungan yang mengandung pesan moral penting bagi masyarakat:

1. Amanat

Karya: Radius S.K Siburian

Kupeluk gunung dengan kaki-kakinya
Setelah ditelan peluh dan hujanan keringat

Aku meneriakkan rinduku pada julang-julang tinggi
Menaikkan kaki di puncak hebat
Meremukkan angin nakal yang mengisi pori-pori kala
Malam-malam jahat mencoba menghimpit sempit
Niat-niat baik

Puncak kini melunasi semua
Di tiang-tiang semangat berkibar nasionalisme
Berkobar cinta tanah air

Gunung-gunung menghiasi bumi pertiwi
Jadi aset kita menjaring devisa
Janganlah tersisa dalam imajinasi
"Pernah dulu di era nenek moyang kita"
Ia harus dijaga agar mendunia.

2. Yuk

Karya: Henokh Wau

Terlihat pandangan baik
Melarik lirik indah
Membuat nyaman

Yuk kita ayom
Rawat dan jaga
Agar pandangan kita
Tak buruk kala di larik.

3. Mari

Karya: Henokh Wau

Dari mana ke mana
Melihat diri sendiri
Yang egoisme
Tak memperhatikan yang lain

Mari kita lihat yang lain
Ayo kita jaga lingkungan
Agar alam ceria
Selalu menebar pesonanya.

4. Panggilan

Karya: Radius S.K Siburian

Selamatkan bumi pernah mengumandang sempurna
Remang-remang penuh timbang-timbang
Dipajang dipampang dipasang dipotret dipublikasikan
Tumbuhlah tunas-tunas galakkan sejuta pohon
Ranting di cabang kini indah dipandang mata
Tersegarkan dengan nyawa beberapa generasi

Jika dilanjut, napas-napas akan tersambung
Semua bakal bisa
Segala bakal mampu
Seluruh bakal terbarukan
Asal

Aku dan kamu mau
Maukah aku dan kamu
Kamu dan akukah yang mau
Yang...kau dan aku maukah.

5. Belum Sepenuh Hati

Karya: Radius S.K Siburian

Slogan "sayangilah bumi" nyaris tak lagi bernyawa
Ada dalam batas-batas ambang kepunahan
Kalimat-kalimat itu ditelan iklan heboh lainnya
Mulai dari mid sale hingga end year sale
Lebih seru dan menarik. Dikemas sempurna

Jika dipajang kembali, segera diusiki dan diusili
Hanya segelintir hati dan segelontor jiwa yang mengikuti

Sebelum selesai, ada pertanyaan sederhana
Mana dan di mana Mbah Sadiman lain.

6. Paru-paru Duniaku

Karya: Aryanto S.

Hijaumu begitu memesona
Menawan dan membuatku terpana
Tegap, kokoh, dan berguna
Ku bernafas karenanya
Ya...kaulah "Si Paru-paru Dunia"

Kini, karena ulah mereka
Paru-paruku sakit menjerit meronta-ronta
Terbakar menjadi abu merata
Di belahan bumi indonesia
Seantero nusantara

Sadarlah wahai manusia!!!
Mereka membutuhkan kita
Sadarlah wahai manusia!!!
Kita membutuhkan mereka.

7. Gemericik Air Sungai

Gemericik air sungai
Yang ku dengar kala duduk santai
Di suatu desa yang penuh damai

Seakan menari dengan indah, namun tak dapat dihentikan
Suara yang selalu ku nantikan
Menghilangkan penat yang tak tergantikan

Aku rela berdiam diri dalam lamunanku
Menatapmu seakan penuh haru
Mendengarmu, seakan menjadi alunan melodi
Mengingatmu, seakan terekam indah dalam analogi

Kau mengalir dari hulu ke hilir
Tak pernah kau berhenti memberi sumber kehidupan kepada insan yang dilewati
Namun, tetaplah ada insan yang ingin merusakmu demi kepentingan pribadi
Sedih hatiku melihatnya bagai terkilir.

8. Kota Setengah Buta

Karya: Ahmad Raihan

Entah apa yang aku hirup pagi ini
Menyesak dada, membuta mata
Pagi kelabu, serupa kota hantu
Entah siapa yang membakar hatinya sendiri
Mengering di bumi, membusuk di udara
Kota ini setengah buta, karena ulah manusia.

9. Arti Alam

Karya: Resap

Kita pernah bermanja
Di atas nikmatnya alam raya
Yang biasa menghipnotis setiap remaja
Entah menjadi raja ataupun menjadi apa saja

Kita angkuh dengan ilmu yang masih abu-abu
Mengaku cinta alam karena alam sedang menjadi tren terbaru
Alam bukan tempat untuk kita saling beradu
Tapi tempat untuk kita saling bersatu padu

Alam raya penuh makna
Dihiasi keindahan didalamnya
Tetapi alam bisa sangat berbahaya
Jika Tuhan menjadi murka karena ulah manusia.

10. Bencana atau Bukan Bencana

Karya: Faldo

Kau adalah bencana
Yang membuat warga bahaya
Kau menghancurkan semuanya
Membuat kerusakan dimana-mana

Kebaikanmu menyuburkan tanaman
Berterima kasihlah kepada Tuhan

Semuanya dilarang
Untuk mendekati itu belerang
Tapi airmu sejuk untuk berenang
Yang membuat orang merasa senang.

11. Gunung Meletus

Karya: Aldan

Engkau sangat berbahaya
Suaramu mengejutkan kita semua
Kau menggelegarkan semua jiwa
Kau adalah fenomena alam yang membahana

Letusanmu tinggi di atas sana
Semburan vulkanikmu berguna untuk menyuburkan tanaman warga
Tetapi engkau merugikan kita semua
Bagiku kau adalah bencana alam yang sudah biasa

Engkau ciptaan Tuhan yang Maha Esa
Anugerah bagi semesta yang mempesona
Keagunganmu tidak membuatmu jumawa
Kemarahanmu membuat orang terperanga.

12. Kebesaran Tuhan

Karya: Yale

Sungguh amat berbahayanya kau bagi manusia
Abu vulkanik yang kau keluarkan
Dapat membuat kerusakan yang amat berbahaya
Lalu, suara letusanmu itu amatlah mengerikan

Oh...Tuhan
Yang bisa saat ini aku lakukan hanyalah berdoa
Agar musibah ini dapat menjadi alasan
Untuk kita jaga selamanya

Oh gunung engkau amat istimewa
Di balik keistimewaanmu terlukis keindahan
Yang membuat terlena
Karena kau media kebesaran Tuhan.

13. Deforestasi

Karya: Abu Qasim Rahmadi

Rebahkan sejenak waktu di jiwa
Lalu angan terbang dan menerawang
Menjamah daun dan pohonan usang
Dibakar habis dari pagi sampai petang

Ingat kembali; paru-paru dunia
Kini kanker didalamnya,
Ia marah dan memerah,
Langit terbelah karena tangis dan sakitnya

Kulempar pandang dan berbisik pada sendu,
Menyapa kayu yang t'lah terbaring kaku
Adalah kita, dilain tempat berkaca
Saling beradu: "Salahkan siapa?"
Zoonosis? Hukum karma

Embun berganti asap, tawa pun berganti senyap
Hutan tak lagi rindang, hutan kini habis dipanggang.

14. Kesedihan Pepohonan

Karya: Euis Anisa Rahmah

Tadi petang kudengar pepohonan tersedu-sedu
Sementara rumput gersang termenung menanti kemarau usai
Luapan amarah sungai, barangkali muak pada sampah-sampah yang payah
Rumah-rumah yang berdempetan di gang menjelma abu diterkam si jago merah

Paru-paru dunia merindukan keramahan manusia
Paru-paru di tubuh kita rindu peluk hangat dari bersihnya udara
Belakangan, alam seolah-olah menyemaikan kabar duka
Bila bukan kita yang menjaga eloknya, lantas siapa?

Tadi petang kudengar pepohonan mengadu
Tumbang, ditebang, sembarang, tanpa pikir panjang
Puluhan hari sudah dalam dada, sekawanan risau bersarang
Perihal kapan hujan bersedia datang?

Seandainya sejak dulu lingkungan tidak diabaikan
Barangkali cerita-cerita di pulau ini takkan terlalu memilukan
Kini mari menghapus kesedihan pepohonan
Aku hendak belajar bersahabat dengan lingkungan.

15. Kidung Derita Bumi Manusia

Karya: Agung Juminto

Gerimis kabarkan tangis sampaikan lara
Melihat bumi menangis dirundung duka
Bumiku yang bernafaskan surga
Kini meronta tersiksa dalam dekapan semesta

Tanahmu retak meninggalkan ribuan duka
Airmu tak suci dalam rintikan noda
Hutanmu yang berseri hilang entah kemana
Semua sebab ulah sang durjana
Bumi hancur di tangan manusia

Dukamu berdiri di atas luka nestapa
Bersemayam di bawah tangis derita
Dukamu menjadi dukaku
Perihnya menjadi perihku

Sekarang apa yang harus kita lakukan?
Kembali dengan senyuman atau tetap berdiri kemudian mati?



Sumber: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7360363/15-puisi-tentang-lingkungan-yang-mengandung-pesan-moral.



Tidak ada komentar