Halaman

    Social Items

(3) B. Membandingkan Karakterisasi dan Plot pada Hikayat dan Cerpen




a. Perbedaan Karakterisasi dan Plot pada Hikayat dengan Cerpen

Meskipun  hikayat  dan   cerpen  sama-sama merupakan cerita  naratif berupa fiksi,  ada perbedaan antara keduanya. Hal tersebut terjadi karena perbedaan kondisi sosial  dan budaya yang  terjadi pada saat  cerita tersebut dibuat. Hikayat yang  dibuat pada  masa kerajaan tidak dapat lepas  dari nuansa istana, baik pada tokohnya maupun seting cerita.Tokoh pada  hikayat cenderung berlatar belakang keluarga kerajaan atau  orang-orang di sekitarnya. Keluarga kerajaan dikenal dengan orang- orang yang  sakti hingga sering diceritakan dapat melakukan hal-hal yang tidak wajar. Bahkan, para  tokoh tidak hanya diambil dari  kerajaan yang ada  di bumi,  tetapi juga  kerajaan kayangan. Perbedaan kasta pada  setiap golongan masyarakat  muncul sangat  jelas   pada   cerita. Hal  ini  sangat berbeda dengan cerpen yang lebih variatif mengambil tokoh dalam cerita.

Hal tersebut sangat berpengaruh pada konflik yang muncul dalam cerita. Konflik yang biasa muncul tidak lepas dari perselisihan antar kerajaan dan  golongan. Penyelesaian konflik pun  tidak jauh  dari  peperangan dan penggunaan kekuatan ajaib  yang  berakhir bahagia. Pada  cerpen karena karakter dan latar belakang yang  begitu beragam, mengakibatkan konflik dan cara penyelesaiannya pun beragam.

Sebagai   cerita  yang   lebih   panjang  dibandingkan  cerpen,  hikayat memiliki alur yang lebih kompleks. Hikayat memiliki alur berbingkai. Pada sebuah ceritanya terdapat cerita yang lain. Pada “Hikayat Bayan Bijaksana”, di  samping menceritakan  percakapan  antara  Bayan   dan   Istri   Zainab terdapat pula  cerita lain. Contohnya cerita tentang anak  cerpelai, seperti yang terdapat pada kutipan hikayat berikut.

Antara cerita bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar.
Alur  yang  digunakan pada  hikayat adalah alur  maju,  berbeda dengan cerpen yang lebih variatif.

b.   Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Teks Hikayat

Hikayat sebagai bagian dari  cerita rakyat tentu tidak lepas  dari  kehidupan masyarakat. Melalui kehidupan yang diangkat dalam cerita, hikayat menyajikan tak hanya hiburan, tetapi juga nilai-nilai kebaikan yang dapat diambil hikmahnya oleh  pembaca. Nilai-nilai tersebut dapat kita  lihat dari  pola tingkah laku, pola berpikir, dan  sikap-sikap tokoh dalam cerita, baik yang  dideskripsikan dalam cerita maupun yang dinarasikan dalam ucapan-ucapan tokoh.
Adapun  nilai-nilai  yang   terkandung  dalam karya  sastra,  termasuk hikayat, terdiri dari nilai budaya, pendidikan, religius, moral, dan nilai sosial.

1. Nilai budaya memuat konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebuah masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia.
2. Nilai  pendidikan adalah nilai  yang  berkaitan dengan semangat atau kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar.
3. Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta
alam dan seisinya.
4. Nilai moral  merupakan  suatu  penggambaran  tentang   nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis.
5. Nilai sosial berkaitan erat dengan hubungan individu dengan individu lainnya dalam satu kelompok.








Sumber: Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Membandingkan Karakterisasi dan Plot pada Hikayat dan Cerpen

(3) B. Membandingkan Karakterisasi dan Plot pada Hikayat dan Cerpen




a. Perbedaan Karakterisasi dan Plot pada Hikayat dengan Cerpen

Meskipun  hikayat  dan   cerpen  sama-sama merupakan cerita  naratif berupa fiksi,  ada perbedaan antara keduanya. Hal tersebut terjadi karena perbedaan kondisi sosial  dan budaya yang  terjadi pada saat  cerita tersebut dibuat. Hikayat yang  dibuat pada  masa kerajaan tidak dapat lepas  dari nuansa istana, baik pada tokohnya maupun seting cerita.Tokoh pada  hikayat cenderung berlatar belakang keluarga kerajaan atau  orang-orang di sekitarnya. Keluarga kerajaan dikenal dengan orang- orang yang  sakti hingga sering diceritakan dapat melakukan hal-hal yang tidak wajar. Bahkan, para  tokoh tidak hanya diambil dari  kerajaan yang ada  di bumi,  tetapi juga  kerajaan kayangan. Perbedaan kasta pada  setiap golongan masyarakat  muncul sangat  jelas   pada   cerita. Hal  ini  sangat berbeda dengan cerpen yang lebih variatif mengambil tokoh dalam cerita.

Hal tersebut sangat berpengaruh pada konflik yang muncul dalam cerita. Konflik yang biasa muncul tidak lepas dari perselisihan antar kerajaan dan  golongan. Penyelesaian konflik pun  tidak jauh  dari  peperangan dan penggunaan kekuatan ajaib  yang  berakhir bahagia. Pada  cerpen karena karakter dan latar belakang yang  begitu beragam, mengakibatkan konflik dan cara penyelesaiannya pun beragam.

Sebagai   cerita  yang   lebih   panjang  dibandingkan  cerpen,  hikayat memiliki alur yang lebih kompleks. Hikayat memiliki alur berbingkai. Pada sebuah ceritanya terdapat cerita yang lain. Pada “Hikayat Bayan Bijaksana”, di  samping menceritakan  percakapan  antara  Bayan   dan   Istri   Zainab terdapat pula  cerita lain. Contohnya cerita tentang anak  cerpelai, seperti yang terdapat pada kutipan hikayat berikut.

Antara cerita bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar.
Alur  yang  digunakan pada  hikayat adalah alur  maju,  berbeda dengan cerpen yang lebih variatif.

b.   Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Teks Hikayat

Hikayat sebagai bagian dari  cerita rakyat tentu tidak lepas  dari  kehidupan masyarakat. Melalui kehidupan yang diangkat dalam cerita, hikayat menyajikan tak hanya hiburan, tetapi juga nilai-nilai kebaikan yang dapat diambil hikmahnya oleh  pembaca. Nilai-nilai tersebut dapat kita  lihat dari  pola tingkah laku, pola berpikir, dan  sikap-sikap tokoh dalam cerita, baik yang  dideskripsikan dalam cerita maupun yang dinarasikan dalam ucapan-ucapan tokoh.
Adapun  nilai-nilai  yang   terkandung  dalam karya  sastra,  termasuk hikayat, terdiri dari nilai budaya, pendidikan, religius, moral, dan nilai sosial.

1. Nilai budaya memuat konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebuah masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia.
2. Nilai  pendidikan adalah nilai  yang  berkaitan dengan semangat atau kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar.
3. Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta
alam dan seisinya.
4. Nilai moral  merupakan  suatu  penggambaran  tentang   nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis.
5. Nilai sosial berkaitan erat dengan hubungan individu dengan individu lainnya dalam satu kelompok.








Sumber: Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Tidak ada komentar