Halaman

    Social Items

(3) C. Memahami kaidah-kaidah bahasa yang digunakan dalam menyusun teks hikayat dan cerpen.


a.    Konjungsi Urutan Waktu

Sebagai   teks  yang   menggambarkan  sebuah  alur   cerita,  hikayat  dan cerpen  tidak  dapat  lepas   dari   penggunaan  konjungsi urutan  waktu. Konjungsi urutan  waktu digunakan untuk menyatakan urutan  sebuah kejadian  berdasarakan  waktu  terjadinya,  baik   itu   sebelumnya,  saat, maupun setelahnya. Perbedaan konjungsi yang  digunakan antara hikayat dan cerpen terdapat pada bahasa yang  digunakan. Hikayat menggunakan konjungsi urutan waktu berupa kata-kata arkais. Adapun cerpen banyak menggunakan kata  populer. Perhatikanlah tabel berikut.

b. Majas
Majas atau gaya bahasa sangat erat kaitannya dengan cerita fiksi untuk menam- bahkan keindahan cara  penyampaian cerita. Beberapa majas yang  sering kali digunakan baik dalam hikayat maupun cerpen adalah sebagai berikut:

1)   Antonomasia
Antonomasia adalah majas yang   menyebut seseorang berdasarkan  ciri atau  sifatnya yang menonjol.
Contoh:
1.    Hatta beberapa lamanya maka isteri si Miskin itupun hamillah tiga bulan lamanya.
2.    Tak  tahu mengapa, saat  itu  aku  mengucapkan terima kasih pada perempuan tua itu.

2)   Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang  menyatakan benda mati sebagai sesuatu yang seolah-olah hidup layaknya manusia.
Contoh:
1.    Samar-samar nyanyian jangkrik terdengar di sampingku.
2.    Angin menyambar wajahku.

3)   Metafora
Metafora adalah majas yang  menggunakan kata  pembanding untuk mewakili hal lain atau bukan yang sebenarnya. Mulai dari bandingan benda fisik, sifat, ide, atau  perbuatan lain.
Contoh: Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua menyambutku dengan hangat.

4)   Simile
Majas  simile  adalah majas yang  membandingkan suatu hal  dengan hal lainnya menggunakan kata  penghubung atau  kata  pembanding. Kata penghubung atau   kata   pembanding yang   biasa   digunakan antara  lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan.
Contoh: “Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu.

5)   Hiperbola
Hiperbola adalah gaya  bahasa yang  mengandung pernyataan dengan cara melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya.
Contoh:
1. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak  cucu kita sekalipun tiada habis  dibuat belanja.”
2.  Aku tak  dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang  keluar dari freezer.







Sumber: Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.



Memahami kaidah-kaidah bahasa yang digunakan dalam menyusun teks hikayat dan cerpen

(3) C. Memahami kaidah-kaidah bahasa yang digunakan dalam menyusun teks hikayat dan cerpen.


a.    Konjungsi Urutan Waktu

Sebagai   teks  yang   menggambarkan  sebuah  alur   cerita,  hikayat  dan cerpen  tidak  dapat  lepas   dari   penggunaan  konjungsi urutan  waktu. Konjungsi urutan  waktu digunakan untuk menyatakan urutan  sebuah kejadian  berdasarakan  waktu  terjadinya,  baik   itu   sebelumnya,  saat, maupun setelahnya. Perbedaan konjungsi yang  digunakan antara hikayat dan cerpen terdapat pada bahasa yang  digunakan. Hikayat menggunakan konjungsi urutan waktu berupa kata-kata arkais. Adapun cerpen banyak menggunakan kata  populer. Perhatikanlah tabel berikut.

b. Majas
Majas atau gaya bahasa sangat erat kaitannya dengan cerita fiksi untuk menam- bahkan keindahan cara  penyampaian cerita. Beberapa majas yang  sering kali digunakan baik dalam hikayat maupun cerpen adalah sebagai berikut:

1)   Antonomasia
Antonomasia adalah majas yang   menyebut seseorang berdasarkan  ciri atau  sifatnya yang menonjol.
Contoh:
1.    Hatta beberapa lamanya maka isteri si Miskin itupun hamillah tiga bulan lamanya.
2.    Tak  tahu mengapa, saat  itu  aku  mengucapkan terima kasih pada perempuan tua itu.

2)   Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang  menyatakan benda mati sebagai sesuatu yang seolah-olah hidup layaknya manusia.
Contoh:
1.    Samar-samar nyanyian jangkrik terdengar di sampingku.
2.    Angin menyambar wajahku.

3)   Metafora
Metafora adalah majas yang  menggunakan kata  pembanding untuk mewakili hal lain atau bukan yang sebenarnya. Mulai dari bandingan benda fisik, sifat, ide, atau  perbuatan lain.
Contoh: Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua menyambutku dengan hangat.

4)   Simile
Majas  simile  adalah majas yang  membandingkan suatu hal  dengan hal lainnya menggunakan kata  penghubung atau  kata  pembanding. Kata penghubung atau   kata   pembanding yang   biasa   digunakan antara  lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan.
Contoh: “Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu.

5)   Hiperbola
Hiperbola adalah gaya  bahasa yang  mengandung pernyataan dengan cara melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya.
Contoh:
1. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak  cucu kita sekalipun tiada habis  dibuat belanja.”
2.  Aku tak  dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang  keluar dari freezer.







Sumber: Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.



Tidak ada komentar