Halaman

    Social Items

 (2) F.  Menampilkan Lawakan Tunggal secara Santun

Cara menyusun naskah lawakan tunggal

Kali ini kalian akan  membuat naskah lawakan tunggal. Sebelum membuatnya, pahamilah beberapa istilah yang   terdapat  dalam naskah lawakan tunggal berikut.

1.    Set up

Set up merupakan bagian tidak lucu  yang  berperan sebagai pengantar lelucon yang disampaikan. Bagian ini biasanya berisi informasi. Pada teks anekdot, set up berfungsi sama dengan krisis.

Contoh:

Anak saya itu memang jarang liburan.

2.    Punch

Punch   atau  punchline merupakan  bagian yang   mengandung unsur humor dan  seharusnya mengundang tawa penonton. Pada  bagian ini, komika menyajikan kejutan atau reaksi terhadap set up yang diberikan. Punch  disebut juga  sebagai pembelok pikiran penonton karena berisi sesuatu yang di luar  kewajaran atas  set up yang  diberikan. Pada  teks anekdot, punch berfungsi sama dengan reaksi.

Contoh:

Saya  bawa  ke  tempat kerja saja,  menurut dia  itu  tamasya. Dari  pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai  batu  bata.  Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak  saya jadi pos ronda.

3.    Bit

Sepasang kesatuan set  up  dan  punch  yang  membahas satu subtema disebut dengan bit. Sebuah naskah terdiri dari beberapa bit yang saling berkaitan. Bit merupakan bagian kecil dari naskah lawakan tunggal.

Contoh:

Anak saya itu memang jarang liburan. Saya bawa  ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai  batu  bata. Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak  saya jadi pos ronda.

4.    Rule of three

Rule of three merupakan sebuah cara  untuk mengundang tawa penonton. Rule of three digunakan melalui penyampaian tiga  hal atau contoh sesuatu, tetapi contoh yang  ketiga berupa hal  yang  lucu atau punch.  Contoh ketiga berisi hal yang  tidak terduga, tetapi tetap masih berkaitan dengan contoh sebelumnya.

Contoh:

Dia bilang gini, “Bapak  curang. Tidur  di hotel, makan nasi  kotak, tiap hari  naik lift.”


Adapun hal yang perlu diperhatikan saat  kalian menampilkan lawakan tunggal adalah kesantunan  dalam berbahasa.

Meskipun anekdot atau lawakan tunggal mengandung unsur kritik, kritik yang disampaikan harus santun tanpa menggunakan kata-kata kasar. Penggunaan kata  “maaf” atau “permisi” tidak dilarang dalam menyampaikan lawakan tunggal, terlebih saat  akan  mengkritik orang yang  ada di depan kita.  Selain  itu, kritik yang disampaikan harus berdasarkan fakta yang  valid  agar  kritik dapat lebih diterima oleh pihak yang dikritik atau  audiensi.

Kesantunan dalam berpakaian dan  bersikap pun  harus diperhatikan saat  kalian ingin  menampilkan lawakan tunggal. Gunakanlah pakaian yang sopan, tetapi tetap nyaman. Gunakanlah gestur atau  gerak tubuh yang tidak membuat orang lain memikirkan sesuatu yang kurang baik.







Sumber: Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Menampilkan Lawakan Tunggal secara Santun

 (2) F.  Menampilkan Lawakan Tunggal secara Santun

Cara menyusun naskah lawakan tunggal

Kali ini kalian akan  membuat naskah lawakan tunggal. Sebelum membuatnya, pahamilah beberapa istilah yang   terdapat  dalam naskah lawakan tunggal berikut.

1.    Set up

Set up merupakan bagian tidak lucu  yang  berperan sebagai pengantar lelucon yang disampaikan. Bagian ini biasanya berisi informasi. Pada teks anekdot, set up berfungsi sama dengan krisis.

Contoh:

Anak saya itu memang jarang liburan.

2.    Punch

Punch   atau  punchline merupakan  bagian yang   mengandung unsur humor dan  seharusnya mengundang tawa penonton. Pada  bagian ini, komika menyajikan kejutan atau reaksi terhadap set up yang diberikan. Punch  disebut juga  sebagai pembelok pikiran penonton karena berisi sesuatu yang di luar  kewajaran atas  set up yang  diberikan. Pada  teks anekdot, punch berfungsi sama dengan reaksi.

Contoh:

Saya  bawa  ke  tempat kerja saja,  menurut dia  itu  tamasya. Dari  pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai  batu  bata.  Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak  saya jadi pos ronda.

3.    Bit

Sepasang kesatuan set  up  dan  punch  yang  membahas satu subtema disebut dengan bit. Sebuah naskah terdiri dari beberapa bit yang saling berkaitan. Bit merupakan bagian kecil dari naskah lawakan tunggal.

Contoh:

Anak saya itu memang jarang liburan. Saya bawa  ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai  batu  bata. Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak  saya jadi pos ronda.

4.    Rule of three

Rule of three merupakan sebuah cara  untuk mengundang tawa penonton. Rule of three digunakan melalui penyampaian tiga  hal atau contoh sesuatu, tetapi contoh yang  ketiga berupa hal  yang  lucu atau punch.  Contoh ketiga berisi hal yang  tidak terduga, tetapi tetap masih berkaitan dengan contoh sebelumnya.

Contoh:

Dia bilang gini, “Bapak  curang. Tidur  di hotel, makan nasi  kotak, tiap hari  naik lift.”


Adapun hal yang perlu diperhatikan saat  kalian menampilkan lawakan tunggal adalah kesantunan  dalam berbahasa.

Meskipun anekdot atau lawakan tunggal mengandung unsur kritik, kritik yang disampaikan harus santun tanpa menggunakan kata-kata kasar. Penggunaan kata  “maaf” atau “permisi” tidak dilarang dalam menyampaikan lawakan tunggal, terlebih saat  akan  mengkritik orang yang  ada di depan kita.  Selain  itu, kritik yang disampaikan harus berdasarkan fakta yang  valid  agar  kritik dapat lebih diterima oleh pihak yang dikritik atau  audiensi.

Kesantunan dalam berpakaian dan  bersikap pun  harus diperhatikan saat  kalian ingin  menampilkan lawakan tunggal. Gunakanlah pakaian yang sopan, tetapi tetap nyaman. Gunakanlah gestur atau  gerak tubuh yang tidak membuat orang lain memikirkan sesuatu yang kurang baik.







Sumber: Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Tidak ada komentar