Halaman

    Social Items

(2) C. Menggunakan Kaidah Bahasa untuk Menyampaikan Kritik

Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot

1.    Pertanyaan Retoris

Apakah kalian pernah mendapatkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya? Itulah yang  dinamakan pertanyaan retoris. Pertanyaan retoris bisa dijawab oleh   penanya itu  sendiri. Pertanyaan ini  diberikan untuk menyindir, memberi nasihat, dukungan, atau pesan terhadap orang lain secara halus.

Contoh:

Siapa yang tidak ingin  bahagia? 

Menurutmu, kamu tak pernah berdosa? 

Apakah setiap orang berhak berbuat baik?


2.    Majas Sindiran
Majas   sindiran  merupakan  kelompok majas yang   mengungkapkan maksud atau  gagasan dengan cara  menyindir. Tujuannya adalah meningkatkan  kesan  dan   makna  kata   terhadap   pembaca.  Majas sindiran terdiri tiga macam, yaitu ironi,  sinisme, dan sarkasme.
a.    Ironi
Ironi  adalah gaya  bahasa yang  melukiskan suatu maksud dengan mengatakan  kebalikan dari   keadaan  yang   sebenarnya  dengan maksud menyindir.
Contoh:
Harga kedelai murah sekali sampai pabrik tahu dan  tempe tutup karenanya.
b.   Sinisme
Sinisme adalah gaya  bahasa berupa ejekan atau  sindiran meng- gunakan  kata-kata  kasar  yang   disampaikan  secara  langsung dengan setulus hati.
Contoh:
Untukapapunyabanyakuangjikamakansajaharusdiaturtimbangannya. Biar sewa,  yang penting keren.
c.    Sarkasme
Majas   sarkasme merupakan gaya   sindiran yang   paling keras  di antara tiga majas sindiran yang ada. Majas ini secara terang-terangan menyinggung, menyindir, atau  menyerang seseorang atau  sesuatu
secara langsung, bahkan menggunakan kata-kata yang kasar. 
Contoh:
Sudah tahu tidak punya uang, masih saja ingin pergi liburan. 
Jangan mimpi!

Dari  ketiga majas sindiran di  atas,  majas ironi dan  sinisme lebih diterima untuk digunakan dalam teks anekdot. Hal tersebut terjadi karena kritik sosial yang disampaikan dalam teks anekdot bersifat santun.

3.    Kata Kerja Material
Teks  anekdot banyak menggunakan kata  kerja material, yakni  kata yang  menunjukkan suatu aktivitas. Hal  ini  terkait dengan tindakan para  tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.

Contoh:
Tatkala melintasi jembatan kecil  itu, tiba-tiba orang yang suku Kluet melihat seekor ikan  lele di antara bekas orang seumeukruep. Karena kaget, dia langsung berteriak, “Itu!!!”
Anak  suku Aceh  langsung melompat ke dalam kolam bekas orang mencari ikan tersebut.


Sumber: Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Menggunakan Kaidah Bahasa untuk Menyampaikan Kritik

(2) C. Menggunakan Kaidah Bahasa untuk Menyampaikan Kritik

Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot

1.    Pertanyaan Retoris

Apakah kalian pernah mendapatkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya? Itulah yang  dinamakan pertanyaan retoris. Pertanyaan retoris bisa dijawab oleh   penanya itu  sendiri. Pertanyaan ini  diberikan untuk menyindir, memberi nasihat, dukungan, atau pesan terhadap orang lain secara halus.

Contoh:

Siapa yang tidak ingin  bahagia? 

Menurutmu, kamu tak pernah berdosa? 

Apakah setiap orang berhak berbuat baik?


2.    Majas Sindiran
Majas   sindiran  merupakan  kelompok majas yang   mengungkapkan maksud atau  gagasan dengan cara  menyindir. Tujuannya adalah meningkatkan  kesan  dan   makna  kata   terhadap   pembaca.  Majas sindiran terdiri tiga macam, yaitu ironi,  sinisme, dan sarkasme.
a.    Ironi
Ironi  adalah gaya  bahasa yang  melukiskan suatu maksud dengan mengatakan  kebalikan dari   keadaan  yang   sebenarnya  dengan maksud menyindir.
Contoh:
Harga kedelai murah sekali sampai pabrik tahu dan  tempe tutup karenanya.
b.   Sinisme
Sinisme adalah gaya  bahasa berupa ejekan atau  sindiran meng- gunakan  kata-kata  kasar  yang   disampaikan  secara  langsung dengan setulus hati.
Contoh:
Untukapapunyabanyakuangjikamakansajaharusdiaturtimbangannya. Biar sewa,  yang penting keren.
c.    Sarkasme
Majas   sarkasme merupakan gaya   sindiran yang   paling keras  di antara tiga majas sindiran yang ada. Majas ini secara terang-terangan menyinggung, menyindir, atau  menyerang seseorang atau  sesuatu
secara langsung, bahkan menggunakan kata-kata yang kasar. 
Contoh:
Sudah tahu tidak punya uang, masih saja ingin pergi liburan. 
Jangan mimpi!

Dari  ketiga majas sindiran di  atas,  majas ironi dan  sinisme lebih diterima untuk digunakan dalam teks anekdot. Hal tersebut terjadi karena kritik sosial yang disampaikan dalam teks anekdot bersifat santun.

3.    Kata Kerja Material
Teks  anekdot banyak menggunakan kata  kerja material, yakni  kata yang  menunjukkan suatu aktivitas. Hal  ini  terkait dengan tindakan para  tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.

Contoh:
Tatkala melintasi jembatan kecil  itu, tiba-tiba orang yang suku Kluet melihat seekor ikan  lele di antara bekas orang seumeukruep. Karena kaget, dia langsung berteriak, “Itu!!!”
Anak  suku Aceh  langsung melompat ke dalam kolam bekas orang mencari ikan tersebut.


Sumber: Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Tidak ada komentar