Halaman

    Social Items



Menurut  Kamus   Besar  Bahasa   Indonesia,  ide   adalah  rancangan  yang tersusun dalam pikiran, gagasan atau cita-cita sedangkan pokok adalah pusat. Jadi, ide pokok adalah rancangan pokok yang tersusun di dalam pikiran, gagasan atau merupakan suatu pikiran utama dari sebuah paragraf.

Dalam satu paragraf hanya ada satu ide pokok. Ide pokok tersebut dituangkan dalam kalimat utama. Kemudian, ide pokok tersebut dijabarkan dalam ide-ide penjelas yang dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas. Nama  lain untuk kalimat utama adalah kalimat topik.

Secara   umum paragraf dibentuk oleh   dua  unsur, yaitu ide  pokok dan ide-ide penjelas. Ide pokok adalah ide  atau  gagasan yang  menjadi pokok pengembangan paragraf. Ide pokok dituangkan dalam kalimat utama.

Ide pokok dijelaskan dengan menggunakan ide-ide penjelas. Ide-ide penjelas tersebut dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas. Sebagai penjelas maka dalam satu paragraf minimal terdapat dua kalimat penjelas.

Ide pokok biasanya terletak di awal atau di akhir paragraf. Ide pokok yang  berada di awal paragraf disebut jenis  paragraf deduksi. Adapun yang berada di akhir paragraf disebut paragraf induksi.



Diversifikasi untuk Ketahanan Pangan

Editorial Media Indonesia, 21 Agustus 2020


Ketahanan pangan sangat penting untuk diperkuat sekarang ini. Tingginya tingkat ketergantungan pada beras sebagai sumber karbohidrat utama menjadikan bangsa ini cukup rentan dalam hal kedaulatan pangan. Data yang ada menunjukkan tingkat konsumsi beras mencapai 94,9 kg per  kapita per  tahun dengan total kebutuhan mencapai 29,6 juta  ton  per  tahun. Konsumsi yang  besar ini membuat Indonesia tidak dapat terhindar dari upaya impor beras. Memang produksi beras lebih tinggi daripada kebutuhan, tetapi pemerintah butuh impor sebagai persediaan untuk mengendalikan harga di pasaran.

Dari  data   pada   1954,  komposisi karbohidrat  dalam struktur menu bangsa kita menunjukkan proporsi beras hanya 53,5%. Sisanya dipenuhi dari ubi kayu (22,6%), jagung (18,9%), dan kentang (4,99%). Akan tetapi, kondisi itu terus berubah pada era Orde Baru. Pada akhir 80-an, proporsi beras semakin dominan mencapai 81,1%, sisanya ubi kayu (10,02%) dan jagung (7,82%). Orde Baru makin mendorong beras untuk menjadi bahan pangan utama di  seluruh Indonesia. Penyeragaman konsumsi beras di Indonesia membuat makanan pokok lokal terabaikan.

Kini upaya mengembalikan keragaman pangan tengah dilakukan oleh pemerintahan melalui Gerakan Diversifikasi Pangan yang dipelopori Kementerian Pertanian. Gerakan ini serentak dimulai di 34 provinsi di seluruh Indonesia sebagai antisipasi krisis pangan. Gerak- an ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan konsumsi beras dan sebagai penyedia sumber pangan alternatif berupa sumber karbohidrat lokal nonberas. Dengan demikian, konsumsi pangan lokal sebagai sumber karbohidrat lain pun diharapkan terus meningkat.

Kementerian Pertanian mengajak seluruh gubernur dan  bupati/ wali   kota   untuk  bersinergi  menguatkan  gerakan  diversifikasi pangan ini  dalam upaya mengukuhkan ketahanan pangan. Kita akan kembali meneguhkan bahwa bangsa ini  punya keanekaragaman pangan yang   besar, tidak hanya beras  yang   membuat  kenyang. Hal  ini  ditindaklanjuti dengan gerakan di  sejumlah daerah yang mengeluarkan kebijakan sehari tanpa nasi.  Akan  tetapi, kebijakan itu tidak pernah efektif dilaksanakan. Perlu  keteladanan dari  kepala daerah untuk mulai  memelopori mengonsumsi pangan lokal.

Upaya diversifikasi pangan lokal ini ditargetkan menurunkan konsumsi beras dari  94,9 kg per  kapita per tahun menjadi 85 kg per kapita per tahun pada 2024. Selain itu, upaya ini diharapkan dapat menumbuhkan UMKM pangan sebagai penyedia pangan lokal. Namun, upaya ini tentu tidak mudah. Membalikkan persepsi masyarakat untuk mengganti beras dengan komoditas lain harus diikuti dengan kebijakan dan aksi kampanye yang masif. Pekerjaan rumah lainnya, pasokan bahan pangan nonberas harus bisa diandalkan.

Pemerintah tidak bisa tiba-tiba memaksakan kebijakan diversifikasi  pangan  jika  produksi  pangan  lokal,  seperti  umbi- umbian, di  setiap wilayah belum bisa  ditingkatkan. Ketersediaan bahan  baku  yang  terbatas  dan  harga  yang  kurang  kompetitif dibanding dengan komoditas pangan utama, yakni beras masih menjadi kendala terbesar. Sinergi dari  semua pihak untuk mengangkat produk pangan lokal selain beras memang harus sudah mulai dilaksanakan dengan segera di 34 provinsi di Indonesia.


Diambil dari Harian Media Indonesia dengan perubahan seperlunya.

Sumber: mediaindonesia.com











Sumber: Marwati, Heny dan K. Waskitaningtyas. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

(1) B. Menemukan Ide Pokok dan Ide-Ide Pendukung dalam Teks Argumentasi



Menurut  Kamus   Besar  Bahasa   Indonesia,  ide   adalah  rancangan  yang tersusun dalam pikiran, gagasan atau cita-cita sedangkan pokok adalah pusat. Jadi, ide pokok adalah rancangan pokok yang tersusun di dalam pikiran, gagasan atau merupakan suatu pikiran utama dari sebuah paragraf.

Dalam satu paragraf hanya ada satu ide pokok. Ide pokok tersebut dituangkan dalam kalimat utama. Kemudian, ide pokok tersebut dijabarkan dalam ide-ide penjelas yang dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas. Nama  lain untuk kalimat utama adalah kalimat topik.

Secara   umum paragraf dibentuk oleh   dua  unsur, yaitu ide  pokok dan ide-ide penjelas. Ide pokok adalah ide  atau  gagasan yang  menjadi pokok pengembangan paragraf. Ide pokok dituangkan dalam kalimat utama.

Ide pokok dijelaskan dengan menggunakan ide-ide penjelas. Ide-ide penjelas tersebut dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas. Sebagai penjelas maka dalam satu paragraf minimal terdapat dua kalimat penjelas.

Ide pokok biasanya terletak di awal atau di akhir paragraf. Ide pokok yang  berada di awal paragraf disebut jenis  paragraf deduksi. Adapun yang berada di akhir paragraf disebut paragraf induksi.



Diversifikasi untuk Ketahanan Pangan

Editorial Media Indonesia, 21 Agustus 2020


Ketahanan pangan sangat penting untuk diperkuat sekarang ini. Tingginya tingkat ketergantungan pada beras sebagai sumber karbohidrat utama menjadikan bangsa ini cukup rentan dalam hal kedaulatan pangan. Data yang ada menunjukkan tingkat konsumsi beras mencapai 94,9 kg per  kapita per  tahun dengan total kebutuhan mencapai 29,6 juta  ton  per  tahun. Konsumsi yang  besar ini membuat Indonesia tidak dapat terhindar dari upaya impor beras. Memang produksi beras lebih tinggi daripada kebutuhan, tetapi pemerintah butuh impor sebagai persediaan untuk mengendalikan harga di pasaran.

Dari  data   pada   1954,  komposisi karbohidrat  dalam struktur menu bangsa kita menunjukkan proporsi beras hanya 53,5%. Sisanya dipenuhi dari ubi kayu (22,6%), jagung (18,9%), dan kentang (4,99%). Akan tetapi, kondisi itu terus berubah pada era Orde Baru. Pada akhir 80-an, proporsi beras semakin dominan mencapai 81,1%, sisanya ubi kayu (10,02%) dan jagung (7,82%). Orde Baru makin mendorong beras untuk menjadi bahan pangan utama di  seluruh Indonesia. Penyeragaman konsumsi beras di Indonesia membuat makanan pokok lokal terabaikan.

Kini upaya mengembalikan keragaman pangan tengah dilakukan oleh pemerintahan melalui Gerakan Diversifikasi Pangan yang dipelopori Kementerian Pertanian. Gerakan ini serentak dimulai di 34 provinsi di seluruh Indonesia sebagai antisipasi krisis pangan. Gerak- an ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan konsumsi beras dan sebagai penyedia sumber pangan alternatif berupa sumber karbohidrat lokal nonberas. Dengan demikian, konsumsi pangan lokal sebagai sumber karbohidrat lain pun diharapkan terus meningkat.

Kementerian Pertanian mengajak seluruh gubernur dan  bupati/ wali   kota   untuk  bersinergi  menguatkan  gerakan  diversifikasi pangan ini  dalam upaya mengukuhkan ketahanan pangan. Kita akan kembali meneguhkan bahwa bangsa ini  punya keanekaragaman pangan yang   besar, tidak hanya beras  yang   membuat  kenyang. Hal  ini  ditindaklanjuti dengan gerakan di  sejumlah daerah yang mengeluarkan kebijakan sehari tanpa nasi.  Akan  tetapi, kebijakan itu tidak pernah efektif dilaksanakan. Perlu  keteladanan dari  kepala daerah untuk mulai  memelopori mengonsumsi pangan lokal.

Upaya diversifikasi pangan lokal ini ditargetkan menurunkan konsumsi beras dari  94,9 kg per  kapita per tahun menjadi 85 kg per kapita per tahun pada 2024. Selain itu, upaya ini diharapkan dapat menumbuhkan UMKM pangan sebagai penyedia pangan lokal. Namun, upaya ini tentu tidak mudah. Membalikkan persepsi masyarakat untuk mengganti beras dengan komoditas lain harus diikuti dengan kebijakan dan aksi kampanye yang masif. Pekerjaan rumah lainnya, pasokan bahan pangan nonberas harus bisa diandalkan.

Pemerintah tidak bisa tiba-tiba memaksakan kebijakan diversifikasi  pangan  jika  produksi  pangan  lokal,  seperti  umbi- umbian, di  setiap wilayah belum bisa  ditingkatkan. Ketersediaan bahan  baku  yang  terbatas  dan  harga  yang  kurang  kompetitif dibanding dengan komoditas pangan utama, yakni beras masih menjadi kendala terbesar. Sinergi dari  semua pihak untuk mengangkat produk pangan lokal selain beras memang harus sudah mulai dilaksanakan dengan segera di 34 provinsi di Indonesia.


Diambil dari Harian Media Indonesia dengan perubahan seperlunya.

Sumber: mediaindonesia.com











Sumber: Marwati, Heny dan K. Waskitaningtyas. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Tidak ada komentar