Halaman

    Social Items


Teks argumentasi merupakan teks yang berisi opini penulis yang disertai alasan dan pembuktian yang didukung oleh fakta, disampaikan secara logis dan objektif, bertujuan untuk meyakinkan dan mempengaruhi pembaca.


Ketahanan Pangan Lokal

Tajuk Rencana Kompas, 17 Desember 2019


Ketahanan pangan Indonesia terbukti berkelanjutan secara sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan jika dibangun dengan basis sumberdaya lokal. Keyakinan tersebut sudah mengemuka sejak tahun 1980an, bahkan ketika ketahanan pangan nasional akhirnya bergantung hanya pada beberapa komoditas, utamanya beras sebagai sumber karbohidrat.

Ketergantungan  pada    beras  sebagai  sumber  utama  energi berlanjut  hingga  kini   di   tengah  bukti-bukti  akademis  bahwa Indonesia mempunyai banyak sumber pangan lain yang dapat menggantikan beras. Salah satu sumber pangan tersebut adalah sagu. Potensi sagu yang dimiliki oleh Indonesia sangat luar biasa karena Indonesia  memiliki  hutan  sagu  terluas di  dunia.  Hampir semua tanaman sagu kita tumbuh di Papua dan Papua Barat. Meskipun merupakan potensi pangan yang besar, perhatian pada sagu masih minim. Salah satu indikasinya adalah data  luas hutan sagu, angkanya berkisar 1,4 juta hektar hingga 5,5 juta hektare.

Pemanfaatan sagu sebagai bahan pangan, sumber pendapatan masyarakat, dan pemanfaatan lain masih terbatas. Harian Kompas melaporkan kemarin, salah satu upaya pemanfaatan sagu  dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Papua dan Dinas Ketahanan Pangan Papua. Kedua lembaga itu membangun kelompok kampung penghasil sagu. Warga di dalam kelompok kampung itu diperkenalkan teknologi pemanenan dan pengolahan sagu menjadi tepung menggunakan alat buatan I Made Budi, pengajar di Universitas Cenderawasih. Teknologi tepat guna ini berhasil meningkatkan produksi sagu dan pendapatan warga.

Meskipun program ini baru berjalan sejak awal tahun 2019, keberanian mencoba telah memberikan hasil. Keberhasilan salah satu kampung di Papua  tersebut telah membuka kesempatan untuk mereplikasi sistem ini untuk daerah lain. Baik itu daerah yang  menghasilkan sagu  maupun wilayah yang sumber pangannya bukan sagu.

Program pengelompokan kampung sagu tersebut memperlihatkan pendekatan sosial  dan  ekonomi pada  masyarakat berperan lebih penting  dalam keberhasilan daripada sekadar  menyediakan dana dan peralatan. Penggunaan teknologi sesederhana apa pun mem- butuhkan budaya baru.  Program ini sekaligus mengajak masyarakat memasuki cara hidup rasional dan terbuka terhadap perubahan.

Sekarang ini,  sumber pangan lokal  telah beradaptasi dengan lingkungan setempat sehingga mengurangi jejak  karbon karena diproduksi lokal.  Dengan demikian, dari  pengolahan pangan lokal ini telah membantu mengurangi emisi  gas rumah kaca. Kegiatan ini juga telah menjadikan produk pangan lokal telah menjadi sumber ekonomi yang bersumber pada masyarakat sehingga menguatkan komunitas yang  ada  di  masyarakat. Oleh  karena itu,  dari  inisiatif di Papua, pemerintah, dan masyarakat dapat mengambil langkah konkret memetakan kembali sumber pangan lokal sebagai dasar membangun ketahanan pangan yang dapat diandalkan.

Tidak  dapat kita  pungkiri bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar. Tidak sedikit kekayaan hayati tersebut dimanfaatkan negara lain  dan  kita  tidak mendapat apa pun. Di tengah bukti-bukti terjadinya perubahan iklim, sudah saatnya kita menaruh perhatian pada sumber pangan lokal untuk menjamin keberlanjutan hidup kita.

Diambil dari Harian Kompas dengan perubahan.

Sumber: kompas.id (2019)





PERTANYAAN:

1. Pada  teks di  atas   terdapat  beberapa kosakata yang  perlu dipahami artinya. Temukan arti  kosakata berikut ini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kemudian gunakan kosakata tersebut untuk menyusun kalimat baru yang  berbeda dengan yang  ada di dalam teks. Kalian bisa menggunakan tautan (link) berikut untuk menemukan arti kata-kata tersebut: https://kbbi.kemdikbud.go.id

a.    basis

b.    komoditas 

c.    replikasi

d.    rasional 

e.    adaptasi 

f.    inisiatif 

g.    hayati


2. Salah satu produk pangan lokal yang ada di wilayah Indonesia Timur adalah sagu.  Mengapa sagu   merupakan produk pangan lokal  yang sangat menjanjikan pada masa mendatang?


3. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengangkat jenis produk pangan sagu agar  bisa diterima dan dikonsumsi oleh masyarakat?


4. Mengapa sumber pangan lokal  lebih  ramah lingkungan? Jelaskan disertai bukti!


5. Jika  sagu  adalah sumber pangan lokal  di  daerah Indonesia Timur seperti Papua  dan  Maluku, adakah sumber pangan lokal  yang  berasal dari daerahmu? Jelaskan bagaimana potensi sumber pangan lokal yang berasal dari daerah kalian tersebut dalam minimal delapan kalimat.




Sumber: Marwati, Heny dan K. Waskitaningtyas. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

(1) A. Membaca Kritis Teks Argumentasi


Teks argumentasi merupakan teks yang berisi opini penulis yang disertai alasan dan pembuktian yang didukung oleh fakta, disampaikan secara logis dan objektif, bertujuan untuk meyakinkan dan mempengaruhi pembaca.


Ketahanan Pangan Lokal

Tajuk Rencana Kompas, 17 Desember 2019


Ketahanan pangan Indonesia terbukti berkelanjutan secara sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan jika dibangun dengan basis sumberdaya lokal. Keyakinan tersebut sudah mengemuka sejak tahun 1980an, bahkan ketika ketahanan pangan nasional akhirnya bergantung hanya pada beberapa komoditas, utamanya beras sebagai sumber karbohidrat.

Ketergantungan  pada    beras  sebagai  sumber  utama  energi berlanjut  hingga  kini   di   tengah  bukti-bukti  akademis  bahwa Indonesia mempunyai banyak sumber pangan lain yang dapat menggantikan beras. Salah satu sumber pangan tersebut adalah sagu. Potensi sagu yang dimiliki oleh Indonesia sangat luar biasa karena Indonesia  memiliki  hutan  sagu  terluas di  dunia.  Hampir semua tanaman sagu kita tumbuh di Papua dan Papua Barat. Meskipun merupakan potensi pangan yang besar, perhatian pada sagu masih minim. Salah satu indikasinya adalah data  luas hutan sagu, angkanya berkisar 1,4 juta hektar hingga 5,5 juta hektare.

Pemanfaatan sagu sebagai bahan pangan, sumber pendapatan masyarakat, dan pemanfaatan lain masih terbatas. Harian Kompas melaporkan kemarin, salah satu upaya pemanfaatan sagu  dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Papua dan Dinas Ketahanan Pangan Papua. Kedua lembaga itu membangun kelompok kampung penghasil sagu. Warga di dalam kelompok kampung itu diperkenalkan teknologi pemanenan dan pengolahan sagu menjadi tepung menggunakan alat buatan I Made Budi, pengajar di Universitas Cenderawasih. Teknologi tepat guna ini berhasil meningkatkan produksi sagu dan pendapatan warga.

Meskipun program ini baru berjalan sejak awal tahun 2019, keberanian mencoba telah memberikan hasil. Keberhasilan salah satu kampung di Papua  tersebut telah membuka kesempatan untuk mereplikasi sistem ini untuk daerah lain. Baik itu daerah yang  menghasilkan sagu  maupun wilayah yang sumber pangannya bukan sagu.

Program pengelompokan kampung sagu tersebut memperlihatkan pendekatan sosial  dan  ekonomi pada  masyarakat berperan lebih penting  dalam keberhasilan daripada sekadar  menyediakan dana dan peralatan. Penggunaan teknologi sesederhana apa pun mem- butuhkan budaya baru.  Program ini sekaligus mengajak masyarakat memasuki cara hidup rasional dan terbuka terhadap perubahan.

Sekarang ini,  sumber pangan lokal  telah beradaptasi dengan lingkungan setempat sehingga mengurangi jejak  karbon karena diproduksi lokal.  Dengan demikian, dari  pengolahan pangan lokal ini telah membantu mengurangi emisi  gas rumah kaca. Kegiatan ini juga telah menjadikan produk pangan lokal telah menjadi sumber ekonomi yang bersumber pada masyarakat sehingga menguatkan komunitas yang  ada  di  masyarakat. Oleh  karena itu,  dari  inisiatif di Papua, pemerintah, dan masyarakat dapat mengambil langkah konkret memetakan kembali sumber pangan lokal sebagai dasar membangun ketahanan pangan yang dapat diandalkan.

Tidak  dapat kita  pungkiri bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar. Tidak sedikit kekayaan hayati tersebut dimanfaatkan negara lain  dan  kita  tidak mendapat apa pun. Di tengah bukti-bukti terjadinya perubahan iklim, sudah saatnya kita menaruh perhatian pada sumber pangan lokal untuk menjamin keberlanjutan hidup kita.

Diambil dari Harian Kompas dengan perubahan.

Sumber: kompas.id (2019)





PERTANYAAN:

1. Pada  teks di  atas   terdapat  beberapa kosakata yang  perlu dipahami artinya. Temukan arti  kosakata berikut ini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kemudian gunakan kosakata tersebut untuk menyusun kalimat baru yang  berbeda dengan yang  ada di dalam teks. Kalian bisa menggunakan tautan (link) berikut untuk menemukan arti kata-kata tersebut: https://kbbi.kemdikbud.go.id

a.    basis

b.    komoditas 

c.    replikasi

d.    rasional 

e.    adaptasi 

f.    inisiatif 

g.    hayati


2. Salah satu produk pangan lokal yang ada di wilayah Indonesia Timur adalah sagu.  Mengapa sagu   merupakan produk pangan lokal  yang sangat menjanjikan pada masa mendatang?


3. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengangkat jenis produk pangan sagu agar  bisa diterima dan dikonsumsi oleh masyarakat?


4. Mengapa sumber pangan lokal  lebih  ramah lingkungan? Jelaskan disertai bukti!


5. Jika  sagu  adalah sumber pangan lokal  di  daerah Indonesia Timur seperti Papua  dan  Maluku, adakah sumber pangan lokal  yang  berasal dari daerahmu? Jelaskan bagaimana potensi sumber pangan lokal yang berasal dari daerah kalian tersebut dalam minimal delapan kalimat.




Sumber: Marwati, Heny dan K. Waskitaningtyas. 2021. Cerdas dan Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Tidak ada komentar